Jangan Remehkan Dolly

blogger templates

Novel Sinta Yudisia ini mengajak kita menatap “Perempuan Dolly” dengan mata lebih terbuka. Mereka, sekali pun sudah demikian basah tercebur ke dalam sungai prostitusi, tetaplah manusia yang akan berjuang menggapai tangan kala terulur untuk mereka.
Judul buku    : EXISTERE
Penulis          : Sinta Yudisia
Penerbit        : Lingkar Pena Publishing House, Juni 2010
Tebal            : 366 halaman + xiii
existere-crop4Jika gempa berkekuatan 9 hingga 10 skala richter menimpa Dolly, apa yang akan terjadi? Seperti apakah reaksi dunia? Bantuan mengalir, simpati terucap, atau caci-maki dan sumpah serapah? Pertanyaan itu berkeliaran di benak Milla (Jamilah), seorang pelacur asal Tegal, kala menonton berita bencana di televisi.
Jamilah adalah satu dari empat perempuan yang membangun kisah ini. Kesulitan ekonomi memaksa Jamilah mengadu nasib ke Surabaya. Tapi dia terjebak di kos-kosan pekerja Dolly dan membawanya pada  Jean, mucikari profesional yang mengatur prostitusi selayak menjalankan roda bisnis. Jamilah terjaring. Berbekal tekad sekali ‘saja. Lalu tinggalkan. Pergi sejauh-jauhnya.’ Jamillah berubah menjadi Milla. Tapi tak disangka, siklus kehidupan yang dibentuk Dolly menjelma labirin. Milla terkurung dan sulit melepaskan diri. Milla pun belajar untuk pikun tentang konsep dosa. Ia berlindung di balik kalimat Sonya, jangan memandang dosa dari sebuah tempat tinggi nun di atas bukit bercahaya.
Sampai dia bertemu dengan pelanggan bernama Waluyo,  pria kaya raya yang kurang beruntung dalam rumah tangga. Memiliki istri cantik yang ambisius dan luar biasa cerdas, malah membawa Waluyo pada petaka. Keluarganya sempurna di luar tapi lebur di dalam. Waluyo tidak merasa seutuhnya menjadi lelaki kecuali di hadapan Milla. Waluyo  jatuh cinta. Dia membawa putrinya, Almaida, berjumpa dengan Milla.

Dari sini lah tali Dolly yang melilit Milla perlahan merenggang. Perjumpaannya dengan Almaida, gadis lugu berhati lurus yang tidak melihat hidup sebatas kalkulasi matematika, membuat Milla ingin bebas. Meski tahu pekerjaan Milla, Almaida yang kesepian dan kering kasih sayang, memperlakukan Milla seutuhnya sebagai manusia. Milla berusaha lepas dari Dolly. Sebuah usaha yang di penghujung cerita malah membawanya sekarat di rumah sakit.
Selain Almaida dan Milla, cerita ini juga menghadirkan Vanya dan Qoshiratut Thorfi (Ochi). Dua wanita bernasib beda tapi sama terjebak cinta pada  pria religius bernama Yassir. Vanya dan Ochi bersahabat. Mereka bertemu di bangku kuliah jurusan Psikologi. Ochi tahu Vanya nyambi sebagai penari di sebuah klub malam. Tapi saat merintis DeL, The Dream Land: Home for Everybody,  Vanya adalah rekan diskusi utama Ochi. Vanya juga yang membawa Yassir ke DeL.
Kisah cinta ini sungguh ideal pada mulanya. Ochi yang cerdas, dermawan, dan putri tunggal keluarga kaya menikah dengan Yassir, sarjana sederhana yang meski bukan seorang ustadz tapi memiliki pemahaman agama yang baik. Vanya sadar diri. Dia mundur dan menghilang dari kehidupan Ochi.
Sampai waktu menunjukkan tidak ada kehidupan ideal.  Vanya, yang sudah tersuruk lebih dalam di area bisnis panas, kembali ke DeL saat Yassir begitu rindu menjadi ayah. Vanya tengah mengandung  anak kedua tanpa tahu lelaki mana yang menitipkan sperma. Sementara Ochi, masih sulit hamil meski tes kesehatan tidak menyebutnya mandul. Rumah tangga Yassir pun goyang. Ochi ditantang takdir mengikhlaskan suaminya untuk poligami dengan seorang pelacur.
Jika Milla diberikan Almaida sebagai pemicu bergerak menempuh taubat, maka Vanya memiliki Ochi yang membuatnya berani membersihkan diri. Dua tautan konflik yang melibatkan empat perempuan ini coba menunjukkan perempuan Dolly, meski tidak seluruhnya, masih memiliki hati yang dapat disentuh. Dolly merenggut harta mereka yang paling berharga, tapi tidak membutakan mereka akan cara membalas tulusnya sepotong cinta. Meski kepayahan, mereka akan berjuang menggapai tangan yang ikhlas terulur untuk mereka.
Dari sisi tema, novel ini patut diistimewakan. Dengan tetap mengusung misi dakwah, Sinta Yudisia berani keluar dari pakem sastra islam yang selama ini stereotipenya berkisar di topik-topik yang cenderung aman. Kalaulah ada topik “tidak aman” lain yang mendominasi sastra islam sejauh ini adalah soal perang. Memang ada beberapa cerpen islami yang mengangkat tema pelacuran, tapi karena ruang gerak cerpen terbatas, kehidupan wanita Dolly tidak tergambar lebar.
Bagi yang sudah membaca Jakarta Undercover-nya Moeammar Emka, tidak akan kaget dengan apa yang diceritakan Sinta. Pun tidak berbeda dengan kerahan usaha Emka, menurut catatan penulis di akhir novel, Existere juga ditulis setelah menempuh riset yang cukup panjang. Gagasan awal muncul tahun 2007 dan Existere baru luncur tiga tahun setelahnya.
Sekali pun tema yang diangkat sudah berani keluar dari kotak, tapi pengemasan cerita masih biasa. Kita akan menemukan tehnik penceritaan dan peralihan alur yang sama dalam setiap bab. Sehingga cenderung bisa ditebak, cerita per satu bab gerakannya pasti: Milla-Almaida-Ochi, Almaida-Ochi-Milla, atau Ochi-Milla-Almaida. Bandingkan dengan tehnik Tasaro dalam Wandu atau cara Tere Liye dalam Rembulan Tenggelam di Wajahmu, sama-sama menghadirkan konflik yang majemuk dan hubungan antar tokoh yang membentuk jaring laba-laba. Tapi pengemasannya lebih variatif.
Dalam Existere, juga ada beberapa bagian penting yang terasa terpotong. Tapi justru gemuk di bagian-bagian yang kurang penting. Hidup Almaida diteropong terlalu lebar. Sebaliknya, kisah bagaimana Milla sampai memutuskan melacur, bagaimana mendebarkannya saat Yassir memilih Ochi atau bagaimana sengitnya pergulatan cinta segitiga Yassir-Vanya-Ochi sebelum menikah, seutuhnya diwakili oleh mengalihkan bab. Trik ‘jangan katakan tapi tunjukkan’ belum dominan dalam novel ini.
Tapi, sama seperti karya-karya lainnya, ketidaksempurnaanlah yang menyebabkan karya ini menjadi sempurna. Dengan segala lebih kurangnya, Existere coba membuktikan bahwa sastra zikir adalah sastra yang tidak melihat hidup sewarna papan catur semata. Sastra zikir tidak takut menyampaikan sisi putih manusia sekali pun sedang berada di kubangan hitam.
Existere bermakna keberwujudan, orang yang sengaja menyuguhkan dirinya bagi penghidupan dan rela berkorban demi keseimbangan hidup orang lain. Vanya, Milla, Almaida, dan Ochi menjadi Existere dengan cara berbeda. Meski lamat-lamat, Sinta sang penulis coba mengatakan, jangan remehkan Dolly sebelum kau melihat lebih dekat. Bukan tak mungkin ada tangan yang menggapai, minta tolong agar kau sambut. Lebih jauh, Existere menggugat: harus diapakan Dolly?


1 Response to "Jangan Remehkan Dolly"